Pemandangan Langka: Polyandrous Birds!
Mahluk
hidup tidak selamanya hanya memilki satu pasangan hidup seumur hidupnya,
terutama untuk burung-burung. Burung secara garis besar memiliki enam tipe
sistem perkawinan. Tipe-tipe dari sistem perkawinan tersebut adalah monogamy,
polygamy, polygyny, polyandry, polygynandry, dan promiscuity. 92%
dari keseluruhan spesies burung menggunakan sistem perkawinan monogamy,
sedangkan sisanya menggunakan sistem polygamy. Sistem polygamy
terbagi lagi menjadi tiga sistem perkawinan, dimana 6% dari seluruh spesies
burung menggunakan sistem promiscuity, 2% menggunakan sistem polygyny,
dan hanya kurang dari 1% merupakan burung yang menggunakan sistem polyandry.
Polyandry diambil dari kata poly yang berarti banyak dan andros
yang berarti laki-laki/pria/jantan. Dari arti tersebut, dapat disimpulkan
bahwa polyandry adalah sistem perkawinan dimana satu betina kawin dengan
beberapa jantan dengan spesies yang sama (Ehrlich,
Dobkin, & Wheye, 1988: 1). Dalam sistem ini terjadi pembalikan pada
perilaku dan morfologi jantan dan betina. Umumnya pada sistem perkawinan lain,
penjantan memiliki tubuh yang lebih berwarna dan bersifat lebih aggresif,
sedangkan betina memilki warna yang lebih gelap dan bertugas membesarkan
anak-anaknya sampai besar. Akan tetapi dalam sistem polyandry, jantan
lah yang memiliki tugas mengurus anak sampai besar, sedangkan betina yang
memiliki tubuh dengan warna yang terang. Burung betina polyandry juga
memiliki sifat yang lebih aggresif dibanding yang jantan. Shorebirds,
Phalaropes, Jacanas yang berada dalam Ordo Gruiformes, dan
Charadriiformes merupakan burung-burung yang memilik sistem perkawinan polyandry
(Gill, 2006: 385).
Sistem
polyandry terbagi menjadi dua tipe, yaitu simultaneous polyandry
dan sequential polyandry. Pada simultaneous polyandry, setiap betina memiliki
wilayah luas yang berisi wilayah persarangan yang lebih kecil.
Sarang-sarang kecil tersebut berisi dua atau lebih jantan yang menjaga telur dan mengurus anak-anak. Betina akan memiliki beberapa pasangan jantan pada
waktu yang bersamaan. Sedangkan sequential
polyandry terjadi ketika seorang betina mengakhiri hubungan dengan pejantan setelah
betina dan jantan tersebut kawin dan bertelur. Pejantan yang ditinggal lalu mengerami telur
sementara betina pergi untuk mengulangi proses ini dengan laki-laki
lain. Selain itu, ukuran tubuh betina umumnya lebih besar
dan ukuran telur yang dihasilkan cenderung lebih kecil, namun dihasilkan dalam
jumlah yang lebih banyak. (Jenni, 1974: 1) Unik sekali bukan?
Gambar 1. Spotted
Sandpiper / Actitis macularius
Sumber:
ebird.org
Salah satu
jenis burung polyandrous adalah Spotted Sandpiper (Actitis
macularius). Spotted Sandpiper merupakan jenis burung Sandpiper
yang paling menyebar di benua Amerika Utara. Berdasarkan
IUCN Red List of Threatened Species, Spotted Sandpiper termasuk dalam
golongan Least Concern (LC) (BirdLife International, 2016: 1). Umumnya
burung ini berkembang biak pada usia dini, bertelur dalam jumlah banyak
pertahunnya untuk setiap betina, memiliki keberhasilan sarang yang rendah, dan
hidup dalam waktu yang singkat dengan rata-rata 3.7 tahun. Betina dari Spotted
Sandpiper memiliki ukuran tubuh 25% lebih besar dibanding jantan. Saat musim
kawin, betina-betina ini menjaga wilayah bersarang yang luas dan saling bersaing
antara satu sama lain untuk mendapatkan jantan yang tersedia.
Gambar 2. Spotted
Sandpiper berkelahi dengan Solitary Sandpiper untuk mempertahankan
sarang
Sumber:
academy.allaboutbirds.org
Pada awalnya,
betina dan jantan berpasangan secara monogamous, dan masing-masing
berperan adil dalam mengurus anak-anaknya. Namun sejak bertambahnya jantan di
tempat berkembang biak, betina-betina mulai bersaing untuk mendapatkan
jantan-jantan tersebut. Keberhasilan reproduksi betina meningkat seiring
meningkatnya kemampuan betina untuk mendapatkan jantan sebanyak-banyaknya.
Betina dapat menarik perhatian 1 hingga 4 jantan. Betina akan bertelur secara sequential
pada jumlah yang berbeda-beda di setiap sarang pejantannya, biasanya 4 telur
untuk jantan utama dan 1-3 telur untuk jantan lainnya. Telur-telur tersebut
memilik berat sebesar 20% dari keseluruhan berat tubuh betina dewasa (Ehrlich, Dobkin, & Wheye, 1988: 1). Setiap jantan
bertanggung jawab atas sebagian besar pengasuhan anak-anak, seperti
menginkubasi telur-telur, mempertahankan wilayah sarang terhadap jantan lainnya,
dan mengurus betina pasangannya. Setiap kumpulan telur membutuhkan waktu
inkubasi sekitar 3 minggu. Ketika jantan kehilangan telur-telurnya oleh
predator, maka betina akan mengganti kumpulan telur tersebut dengan telur-telur
baru. Satu betina dapat menghasilkan 5 kumpulan telur untuk 3 pejantan dalam 43
hari (Gill, 2006: 386).
Gambar 3. Telur-telur
Spotted Sandpiper
Sumber:
thespottedsandpiperresource.weebly.com
Sumber Acuan:
BirdLife International. 2016. Actitis macularius.
The IUCN RedList of Threatened Species.
http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22693277A93394194.en diakses 11
Desember 2019 pk. 21.22
Ehrlich, P. R., Dobkin, D. S. & Wheye, D. 1988. Polyandry.
https://web.stanford.edu/group/stanfordbirds/text/essays/Polyandry.html diakses 11
Desember 2019 pk. 20.04
Ehrlich, P. R., Dobkin, D. S. & Wheye, D. 1988. Polyandry
in Spotted Sandpiper. https://web.stanford.edu/group/stanfordbirds/text/essays/Polyandry_in_the_Spotted.html diakses 11
Desember 2019 pk. 20.06
Gill,
F.B. 2006. Ornithology, Third Edition. W.H. Freeman and Company, New
York: 766 hlm.
Jenni,
D. A. 1974. Evolution of Polyandry in
Birds. Department of Zoology, University of Montana, Missoula, Montana (14):
129-144.
Komentar
Posting Komentar